Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Puasa mutih adalah berpuasa atau berpantang makan dan minum apa saja kecuali nasi putih dan air putih. Biasanya puasa ini dikenal di lingkungan penganut kejawen dan praktisi supranatural dengan tujuan/kepentingan tertentu seperti mendapatkan Ilmu Gaib, keberhasilan hajat dan lain-lain.
Dari segi spiritual metafisik, puasa mempunyai efek yang sangat baik dan besar terhadap tubuh dan fikiran. Puasa dengan cara supranatural mengubah sistem molekul tubuh fisik dan eterik dan menaikkan vibrasi/getarannya sehingga membuat tubuh lebih sensitif terhadap energi/kekuatan supranatural sekaligus mencoba membangkitkan kemampuan indera keenam seseorang. Apabila seseorang telah terbiasa melakukan puasa, getaran tubuh fisik dan eteriknya akan meningkat sehingga seluruh racun,energi negatif dan makhluk eterik negatif yang ada didalam tubuhnya akan keluar dan tubuhnya akan menjadi bersih. Setelah tubuhnya bersih maka roh-roh suci pun akan datang padanya dan menyatu dengan dirinya membantu kehidupan nya dalam segala hal. Apapun nama dan pelaksanaan puasa, bila puasa dilakukan dengan niat yang tulus, maka tak mungkin akan membuat manusia yang melakoninya celaka. Bahkan medis mampu membuktikan betapa puasa memberikan efek yang baik bagi tubuh, terutama untuk mengistirahatkan oragan-oragan pencernaan. Intinya adalah ketika seseorang berpuasa dengan ikhlas, maka orang tersebut akan terbersihkan tubuh fisik dan eteriknya dari segala macam kotoran. Ada suatu konsep spiritual yang berbunyi “matikanlah dirimu sebelum engkau mati”, arti dari konsep tersebut kurang lebih kalau kita sering ‘menyiksa’ tubuh maka jiwa kita akan menjadi kuat. Karena yang hidup adalah jiwa, raga akan musnah suatu saat nanti. Itulah sedikit konsep spiritual jawa yang banyak dikenal. Para penghayat kejawen telah ‘menemukan’ metode-metode untuk membangkitkan spirit kita agar kita menjadi manusia yang kuat jiwanya dan luas alam pemikirannya, salah satunya yaitu dengan menemukan puasa-puasa dengan tradisi kejawen. Atas dasar konsep ‘antal maut qoblal maut’ diatas puasa-puasa ini ditemukan dan tidak lupa peran serta para ghaib, arwah leluhur serta roh-roh suci yang membantu membimbing mereka dalam peningkatan spiritualnya.
Puasa Mutih Menurut Islam
Di bawah ini ada rangkuman puasa2 sunnah yang ada tuntunannya dari Rasulullah shalallahu 'alayhi wassalam. Puasa mutih tidak termasuk di dalamnya. Jadi sebaiknya jangan dilakukan apalagi ditambah2 dengan kepercayaan akan menambah keharmonisan keluarga, kepintaran, kebahagiaan, dll. Masalah keharmonisan rumah tangga sebaiknya dikembalikan pada Al Qur'an dan As Sunnah bukan ke ibadah yang gak jelas juntrungannya dan menjurus ke syirik. Kita memang wajib menuruti kata orang tua tetapi hanya dalam hal2 yang ma'ruf, kalau mengarah pada hal2 yang munkar ya jangan. Karena ketaatan kita yang paling utama hanyalah kepada Allah subhana wata'alaa. Mudah2an bermanfaat. Puasa Sunnah dan Keutamaannya Rasulullah ShallallaHu `alaiHi wa sallam menganjurkan untuk berpuasa pada hari-hari berikut ini : 1. Puasa enam hari di Bulan Syawwal Dari Ayyub al Anshari radhiyallaHu `anHu, Rasulullah ShallallaHu `alayHi wa sallam bersabda, "Barangsiapa berpuasa Ramadhan, kemudian diikuti dengan berpuasa enam hari di bulan Syawwal, maka ia seperti berpuasa setahun" (HR. Muslim II/82, Abu Dawud no. 2416, at Tirmidzi no. 756 dan Ibnu Majah no. 1716) 2. Puasa Hari `Arafah dan Hari `Asyura (hari kesepuluh bulan Muharram atau hari kesembilannya) Dari Abu Qatadah radhiyallaHu `anHu, dia berkata, "Rasulullah pernah ditanya tentang puasa hari `Arafah, beliau menjawab, `Ia menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang'. Beliau juga ditanya tentang puasa hari `Asyura, beliau menjawab, `Ia menghapus dosa-dosa tahun lalu'" (HR. al Bukhari no. 1988, Muslim no. 1123 dan Abu Dawud no. 2424) Dari Abu Ghathfan bin Tharif al Muri, ia berkata, "Aku mendengar Ibnu Abbas berkata, `Ketika Rasulullah berpuasa `Asyura dan beliau menganjurkan para sahabat untuk berpuasa, mereka berkata, `Wahai Rasulullah, sesungguhnya ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani'. Kemudian beliau berkata, `Kalau begitu, pada tahun depan yang akan datang kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tasu'a) insya Allah'. Ibnu Abbas berkata, `Akan tetapi belum sampai tahun depan, Rasulullah telan meninggal dunia'" (HR. Muslim no. 1134 dan Abu Dawud no. 2428) 3. Puasa di Bulan Muharram Dari Abu Hurairah radhiyallaHu `anHu, Rasulullah ShallallaHu `alayHi wa sallam bersabda, "Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, bulan Muharram dan sebaik-baiknya shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam" (HR. Muslim no. 1163, Abu Dawud no. 2412, an Nasai III/206 dan at Tirmidzi) 4. Puasa di Bulan Sya'ban Dari Aisyah radhiyallaHu `anHa, dia berkata, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa dalam suatu bulan lebih banyak daripada bulan Sya'ban" (HR. al Bukhari no. 1969, Muslim no. 1156 dan Abu Dawud no. 2417) 5. Puasa Senin dan Kamis Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid radhiyallaHu `anHu, dia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah selalu berpuasa pada Hari Senin dan Kamis, manakala beliau ditanya tentang hal tersebut, beliau menjawab, `Sesungguhnya amal-amal hamba dihadapkan pada hari Senin dan Kamis'" (HR. Abu Dawud no. 2419, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 2127) 6. Puasa tiga hari dari setiap bulan Hijriyyah Dari `Abdullah bin `Amr radhiyallaHu `anHu, Rasulullah ShallallaHu `alayHi wa sallam bersabda, "Puasalah tiga hari dari tiap bulan. Sesungguhnya amal kebaikkan itu ganjarannya sepuluh kali lipat, sehingga ia seperti puasa sepanjang masa" (HR. al Bukhari no. 1976, Muslim no. 1159, Abu Dawud no. 2410 dan an Nasai IV/211) Dan disunnahkan untuk menjadikan tiga hari tersebut hari ketiga belas, empat belas dan lima belas. Berdasarkan riwayat Abu Dzar radhiyallaHu `anHu, Rasulullah ShallallaHu `alayHi wa sallam bersabda, "Wahai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa tiga hari dari suatu bulan, maka puasalah pada hari ketiga belas, empat belas dan lima belas" (HR. at Tirmidzi no. 758 dan an Nasai IV/222, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih al Jaami' ash Shaghiir no. 7871) 7. Puasa Nabi Dawud `alayHis sallam Dari `Abdullah bin `Amr radhiyallaHu `anHu, Rasulullah ShallallaHu `alayHi wa sallam bersabda, "Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Nabi Dawud, beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari" (HR. al Bukhari no. 1131, Muslim no. 1159, an Nasai III/214, Abu Dawud no. 2431 dan Ibnu Majah no. 1712) 8. Puasa pada hari kesembilan Bulan Dzul Hijjah Diriwayatkan dari Hunaidah bin Khalid, dari istrinya, dari sebagian istri Nabi ShallallaHu `alayHi wa sallam, dia berkata, "Rasulullah berpuasa pada hari kesembilan Dzul Hijjah, Hari `Asyura, tiga hari dari setiap bulan, Hari Senin pertama dari suatu bulan dan Hari Kamis" (HR. Abu Dawud no. 2420 dan an Nasai IV/220, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 2129) Maraji': Panduan Fiqih Lengkap Jilid 2, Syaikh `Abdul `Azhim bin Badawi al Khalafi, Psutaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Syawwal 1426